Entri Populer

Tampilkan postingan dengan label Laporan Kuliah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Laporan Kuliah. Tampilkan semua postingan

Jumat, 03 Juni 2011

Laporan Kimia Analisis Asidimetri dan Alkalimetri

ABSTRAK

Asidimetri dan alkalimetri merupakan proses titrasi yang menggunakan larutan  asam dan basa.Tujuan dari percobaan ini adalah menetapkan konsentrasi HCl dengan standarisasi larutan Borax (Na2B4O7.10H2O) dan Na2CO3, membuat larutan standar NaOH serta standarisasinya dengan menggunakan asam oksalat, serta untuk menetukan kadar NH3 dalam NH4Cl dan kadar asam asetat dalam asam cuka yang diperdagangkan.
Untuk menetukan konsentrasi baik dengan standarisasi menggunakan Borax, Na2CO3 anhidrous atau asam oksalat prinsip kerjanya sama, yaitu dengan proses titrasi. Begitu pula dengan menetukan kadar NH3 dan kadar asam asetat yang masing-masing sample dijadikan titrat yang dititrasi dengan larutan standar. Kemudian dari data yang diperoleh, maka dilakukan perhitungan untuk mengetahui nilai konsentrasi maupun kadarnya.
 Dari perhitungan yang dilakukan didapatkan hasil bahwa nilai konsentrasi HCl dengan standarisasi menggunakan Borax sebesar 0, 0669N, dengan menggunakan Na2CO3 sebesar 0, 0858N. Saat pembuatan NaOH standar konsentrasinya 0, 1N, standarisasi dengan asam oksalat didapatkan konsentrasi NaOH sebesar 0, 1347N. untuk kadar NH3 didapat sebesar 70, 125% dan kadar asam asetat sebesar 4, 598%.

PERCOBAAN 1
ASIDIMETRI DAN ALKALIMETRI
1.1                   Pendahuluan
1.1.1             Tujuan percobaan
  Percobaan ini bertujuan untuk:
1.    Menetapkan konsentrasi larutan standar HCl dengan cara standarisasi dengan larutan borax (Na2B4O7. 10H2O) dan Na2CO3 anhidrous.
2.    Membuat larutan standar NaOH dan standarisasi dengan asam oksalat.
3.    Menentukan kadar asam dalam asam cuka yang diperdagangkan serta menentukan kadar NH3 dalam garam ammonium NH4Cl.

1.1.2        Latar Belakang
Banyak cara untuk menentukan kadar senyawa yang terkandung dalam suatu bahan. Salah satu cara adalah dengan proses titrasi. Dalam titrasi itu sendiri ada bermacam-macam, salah satunya adalah asidimetri dan alkalimetri.
              Titrasi asam basa ini sangatlah berguna dalam bidang industri. Contoh penggunaannya adalah dalam bidang pertanian, untuk pembuatan pupuk kalium klorida yang dalam pembentukkannya diperlukan MgO yang dihitung kadarnya sebagai penguji dengan proses titrasi. Dalam industri makanan digunakan untuk penentuan kadar iodium, sakarin, kadar Zn dan Fe dalam tahu yang dibungkus dengan plastik dan dalam industri kosmetika yaitu dalam penentuan kadar zat warna AZO yang berbahaya.
              Mengingat banyaknya fungsi aplikasi dari percobaan ini, sudah seharusnya percobaan ini dilakukan. Percobaan ini dapat meningkatkan keahlian praktikan sebagai mahasiswa Teknik Kimia yang akan berhubungan langsung dengan bahan industri. Jadi, keahlian dalam penentuan kadar suatu bahan dengan titrasi harus dikuasai praktikan.
1.2 Dasar Teori
            Reaksi penetralan atau asidimetri dan alkalimetri adalah salah satu dari empat golongan utama dalam penggolongan reaksi dalam analisis titrimetri. Asidimetri dan alkalimetri ini melibatkan titrasi basa bebas atau basa yang terbentuk karena hidrolisis garam yang berasal dari asam lemah dengan suatu asam standar (asidimetri) dan titrasi asam bebas atau asam yang terbentuk dari hidrolisis garam yang berasal dari basa lemah dengan suatu basa standar (alkalimetri). Reaksi-reaksi ini melibatkan bersenyawanya ion hydrogen dan ion hidroksida untuk membentuk air
(Basset, 1994).
            Suatu larutan standar adalah larutan yang mengandung eagensia dengan bobot yang diketahui dalam suatu volume tertentu suatu larutan. Larutan standar primer adalah suatu larutan yang konsentrasinya dapat langsung ditentukan dari berat bahan sangat murni yang dilarutkan dan volume yang terjadi, suatu zat standar primer harus memenuhi persyaratan, yaitu sebagai berikut:
1.    Zat harus mudah diperoleh, mudah dimurnikan dan juga mudah dikeringkan (sebaiknya pada suhu 1100+- 1200C).
2.    Zat harus tidak berubah dalam udara selama penimbangan. Kondisi-kondisi ini mengisyaratkan bahwa zat tidak boleh higroskopis, tidak pula dioksidasi udara atau dipengaruhi karbon dioksida. Standar ini juga harus dijaga agar komposisinya tidak berubah saat penyimpanan.
3.    Zat harus dapat diuji terhadap zat pengotor dengan uji-uji kualitatif atau uji-uji lain yang kepekaannya diketahui (jumlah total zat-zat pengotor, umumnya tidak boleh melebihi 0, 01-0, 02 ).
4.    Zat harus mempunyai ekivalen yang tinggi, sehingga sesatan penimbangan dapat diabaikan.
5.    Zat harus mudah larutpada kondisi-kondisi dalam mana ia digunakan.
6.    Reaksi dengan larutan standar itu harus soikiometri dan praktis sekejap. Sesatan titrasi harus dapat diabaikan atau mudah ditetapkan dengan cermat dengan
eksperimen.
Zat-zat yang biasa digunakan sebagai standar primer adalah reaksi asam basa natrium karbonat (Na2CO3), natrium tetrabonat (Na2B4O7), kalium hydrogen iodat KH(IO3)2, asam klorida bertitik didih konstan. Sedangkan standar sekunder adalah zat yang dapat digunakan untuk standarisasi dan yang kandungan zat aktifnya telah ditemukan dengan pembandingan dengan suatu standar primer (Basset, 1994).
            Dalam suatu titrasi larutan yang harus dinetralkan misalnya, asam yang dimasukkan kedalam wadah atau tabung. Larutan lain, yaitu basa, dimasukkan kedalam buret kemudian kedalam asam mula-mula cepat kemudian tetes demi tetes sampai titik setara dari titrasi tersebut dicapai. Salah satu usaha untuk mencapai titik setara adalah dengan melalui perubahan warna dari indicator asam basa. Titik pada titrasi dimana indicator berubah warna dinamakan dengan titik akhir indicator. Yang diperlukan adalah memadankan titik akhir indicator dengan titik akhir penetralan. Ini dapat dicapai apabila kita dapat menemukan indicator yang sesuai dengan perubahan warnanya terjadi dalam selang pH yang sesuai dengan titik setara (Petrucci, 1987).
            Indikator asam basa adalah zat yang berubah warnanya atau membentuk flouresen atau kekeruhan pada suatu range atau trayek pH tertentu. Indikator asam basa terletak pada titik ekivalen dan ukuran dari pH. Zat-zat indicator dapat berupa asam ataupun basa-larut, stabil dan menunjukkan perubahan warna yang kuat serta biasanya juga adalah zat-zat organic. Perubahan warna disebabkan oleh resonansi isomer electron. Berbagai indicator mempunyai tetapan ionisasi yang berbeda dan akibatnya mereka menunjukkan warna pada range atau trayek pH yang berbeda (Khopkar, 1990).
            Metil jingga adalah garam Na dari suatu asam sulponic dimana didalam suatu larutan banyak terionisasi dan dalam lingkungan alkali anionnya memberikan warna kuning sedangkan suasana asam metal jingga bersifat sebagai basa lemah dan mengambil ion H+, terjadi suatu perubahan struktur dam memberikan warna merah dari ion-ionnya.
            Indikator adalah suatu zat yang warnanya berbeda-beda sesuai dengan konsentrasi ion hydrogen. Asam atau basa indicator yang tidak terdisosiasi mempunyai warna yang berbeda dengan hasil disosiasinya. Contohnya fenolftalein yang tergolong asam yang sangat lemah, dalam keadaan yang tidak terionisasi tersebut tidak berwarna. Jika dalam lingkungan basa, fenolftalein akan terionisasi lebih banyak dan memberikan warna yang terang karena adanya anionnya
(Keenan, 1994).
            Indikator fenolftalein yang sudah dikenal merupakan asam diprotik dan tidak berwarna. Indicator ini terurai dahulu menjadi bentuk tidak berwarnanya dan kemudian, dengan hilangnya proton kedua, menjadi ion dengan system terkonjugat, menghasilkan warna merah. Metal oranye, indicator lainnya yang banyak digunakan, merupakan basa dan berwarna kuning dalam molekulnya. Penambahan proton menghasilkan kation yang berwarna merah muda (Underwood, 1998).
            Pemilihan indicator untuk titrasi, harus diingat bahwa titik ekivalen titrasi yang mana anda memiliki campuran dua zat yang perbandingannya tepat sama, anda tidak pelak lagi membutuhkan pemilihan indicator yang perubahan warnanya mendekati titik ekivalen. Indicator yang dipilih bervariasi dari satu titrasi ke titrasi yang lainnya.
Asam kuat vs Basa kuat
            Jika anda menggunakan  fenolftalein, anda akan menitrasi sampai fenolftalein tak berwarna (pada pH 8, 8) karena itu adalah titik terdekat untuk mendapatkan titik ekivalen (Anonim, 2008).
1.3         Metodologi Percobaan
1.3.1      Alat dan Deskripsi Alat
              Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adala:
-          Erlemeyer 250mL dan 100mL      - Sudip
-          Neraca Analitik                             - Gelas Ukur 50mL
-          Buret asam basa 50mL                  - Pipet Tetes
-          Labu Ukur 250mL                                    - Gelas Beker 250, 500, dan 1000mL
-          Corong                                          - Kompor listrik
-          Pipet gondok 10mL                      - Statip
-          Gelas Arloji                                   - Propipet

Deskripsi Alat









Gambar 1.1 Rangkaian Alat titrasi
1.3.2      Bahan-bahan
              Bahan-bahan yang digunakan dalm percobaan ini adalah:
-          HCl 0, 1N
-          Akuades
-          Borax (Na2B4O7. 10H2O) 0,2 gram
-          Natrium Karbonat (Na2CO3)
-       NaOH Kristal 1 gram
-       Asam Oksalat (H2C2O4) 0, 6 gram
-       Indikator pp
-       Indikator metil oranye
-       Amonium Klorida (NH4Cl) 0,2 gram
-       Asam Cuka (CH3COOH) 5mL

1.3.3      Prosedur Percobaan
1.3.3.1   Asidimetri
1.3.3.1.1 Standarisasi HCl dengan Borax
- Menimbang Kristal borax (Na2B4O7) 0, 2 gram.
- Melarutkan Kristal borax didalam erlemeyer dengan akuades sebanyak 25mL, lalu mengocok hingga laru.
- Menambahkan indicator metal merah 3 tetes. Menitrasi dengan larutan HCl sehingga warna berubah dari kuning menjadi merah muda.

1.3.3.1.2 Standarisasi HCl dengan Na2CO3 anhidrous
- Menimbang 0, 2 gram Na2CO3, melarutkan dengan 60mL akuades, mengocok dengan baik.
- Menambahkan indicator metal merah 3 tetes. Menitrasi dengan larutan HCl sehingga warna berubah dari kuning menjadi merah muda.
- Mencatat volume titrannya.

1.3.3.2   Alkalimetri
1.3.3.2.1 Membuat Larutan Standar NaOH
- Menimbang 0, 1gram NaOH, melarutkan dengan akuades dalam labu ukur 250mL.
- Mengocok perlahan-lahan samapai zat padat larut, kemudian mengencerkan sampai tanda tera.
- Memindahkan kedalam gelas beker 500mL dan memanaskannya.
-Menutup gelas beker sambil mendinginkan larutan.

1.3.3.2.2 Standarisasi NaOH dengan Asam Oksalat
- Menimbang 0, 6 gram asam oksalat. Memasukkan kedalam erlemeyer 250mL. melarutkan dengan akuades sampai volume 100mL.
- Mengambil larutan 10mL dan menambahkan 3 tetes indicator pp.
- Menitrasi dengan larutan NaOH sampai warna menjadi merah muda dan mencatat volume titrannya.

1.3.3.2.3 Menentukan kadar NH3 dalam NH4Cl
- Menimbang 0,2gram NH4Cl, memasukkan dalam erlemeyer 250mL dan menambahkan 75mL larutan NaOH.
- Mengocok dengan baik, menambahkan 3 tetes indicator metal merah.
- Menitrasi dengan HCl 0, 1N hingga titik ekivalen didapat.
- Mencatat volume titrannya.

1.3.3.2.4 Penetuan Kadar Asam dalam Asam Cuka yang diperdagangkan
- Menimbang gelas beker kosong, memasukkan 5mL asam cuka dan menimbang kembali, menghitung berat asam cuka.
- Memindahkan asam cuka kedalam labu ukur 250mL, mengencerkan dengan akuades sampai tanda tera.
- Mengambil 10mL larutan, dimasukkan kedalam erlemeyer 250mL, menambahkan 3 tetes indicator pp.
- Menitrasi dengan larutan NaOH standar sampai warna merah muda.
- Mencatat volume titrannya.
1.4         Hasil dan Pembahasan
1.4.1      Hasil
1.4.1.1   Data Pengamatan
1.4.1.1.1 Asidimetri
Tabel 1.1Data Hasil Pengamatan Standarisasi HCl dengan Borax
No.
Langkah Kerja
Hasil
1.
2.

3.

4.
Menimbang Kristal Borax.
Melarutkan Kristal borax dengan akuades.
Menambahkan 3 tetes indicator metal merah kedalam larutan.
Menitrasi larutan dengan HCl 0,1N samapi titik ekivalen tercapai.
m Borax = 0, 2 gram
Vakuades = 25mL

Larutan berubah warna dari bening menjadi kuning.
Larutan berubah warna dari kuning menjadi merah  muda.
Vawal = 50mL
Vakhir = 34,2mL
Vtitrasi= 15,7mL

Tabel 1.2 Data Hasil Pengamatan Standarisasi HCl dengan Na2CO3 anhidrous
No.
Langkah Kerja
Hasil
1.

2.

3.

4.
Menimbang Kristal Na2CO3 anhidrous.
Malarutkan Kristal Na2CO3 anhidrous dengan akuades.
Menambahkan indicator metil merah kedalam larutan.
Menitrasi larutan dengan HCl 0, 1N samapai titik ekivalen tercapai.
m = 0, 2 gram

Vakuades = 60mL

Larutan berubah warna dari bening menjadi kuning.
Larutan berubah dari kuning menjadi merah muda.



Vawal = 50mL
Vakhir = 6mL
Vtitrasi = 44mL

1.4.1.1.2 Alkalimetri
Tabel 1.3 Pembuatan Larutan Standar NaOH
No.
Langkah Kerja
Hasil
1.
2.



3.

4.


5.
Menimbang Kristal NaOH.
Memasukkan Kristal NaOH kedalam labu ukur 250mL dan melarutkan dengan akuades sampai tanda tera.
Mengocok selama 1 menit larutan yang ada didalam labu ukur.
Memasukkan larutan yang ada didalam labu ukur kedalam gelas beker 500mL
Memanaskan larutan agar larut sempurna.
m = 1 gram
Vakuades = 250mL



Larutan berwarna bening homogen.

Tabel 1.4 Penentuan Kadar NH3 dalam NH4Cl
No.
Lagkah Kerja
Hasil
1.
2.
3.

4.
Menimbang Kristal NH4Cl.
Menambahkan larutan NaOH.
Menambahkan indicator metal merah sebanyak 3 tetes.
Menitrasi larutan dengan HCl 0, 1N sampai titik ekivalen tercapai.
m = 0, 2 gram
V NaOH larutan = 75mL
Larutan berubah dari bening menjadi kuning.
Larutan berubah warna dari kuning menjadi merah muda.
Vawal = 2 x 50mL = 100mL
Vakhir = 17, 5mL
Vtitrasi = 82, 5mL

Tabel 1.5 Data Standarisasi NaOH dengan H2C2O4
No.
Langkah Kerja
Hasil
1.
2.

3.

4.

5.
Menimbang Kristal Asam Oksalat.
Melarutakn Kristal asam oksalat dengan akuades.
Memasukkan larutan kedalam erlemeyer 250mL.
Menambahkan indicator pp kedalam larutan.
Menitrasi larutan dengan menggunakan NaOH sampai titik ekivalen tercapai.
m = 0, 6gram
Vakuades = 250mL

Vlarutan = 10mL

Larutan berwarna bening.

Larutan berubah warna dari bening menjadi merah muda.
Vawal = 50mL
Vakhir = 40, 1mL
V titrasi = 9, 9mL

Tabel 1.6 Penentuan Kadar Asam Asetat dalam Asam Cuka yang diperdagangkan
No.
Langkah Kerja
Hasil
1.

2.

3.
4.

5.

6.


7.

8.

9.
10.
Menimbang gelas beker 250mL kosong.
Memasukkan asam cuka kedalam gelas beker.
Menimbang gelas beker + cuka.
Menghitung massa asam cuka didalam gelas beker.
Memindahkan asam cuka kedalam labu ukur 250mL.
Mengencerkan asam cuka dengan menggunakan akuades hingga tanda tera.
Mengocok hingga benar-benar homogen.
Memasukkan kedalam erlemeyer 250mL.
Menambahkan 3 tetes indicator pp.
Menitrasi dengan larutan NaOH hingga titik ekivalen tercapai.
m gelas beker = 95, 8  gram

V asam cuka = 5mL

m = 102 gram
m asam cuka = (102 – 95, 80gram = 6, 2 gram


Vpengenceran = 250Ml
Larutan bening homogen



V larutan = 10mL


Larutan berubah warna dari bening menjadi merah muda.
Vawal = 23, 9mL
Vakhir = 25, 8mL
Vtitrasi = 1, 9mL
 1.4.2      Pembahasan
1.4.2.1   Asidimetri
1.4.2.1.1 Standarisasi HCl dengan Borax
              Pada percobaan ini dilakukan standarisasi HCl dengan Borax (Na2B4O7. 10H2O). Borax berperan sebagai standar primer sehingga digunakan untuk pembakuan larutan HCl. Digunakan Borax karena memiliki tingkat kemurnian yang tinggi, kering dan tidak mudah terpengaruh udara/ lingkungan, mudah larut dalam air dan memilki massa ekivalen yang tinggi. Untuk mempermudah pengamatan saat titik ekivalen tercapai digunakan indicator. Kristal Borax dialrutkan terlebih dahulu dengan akuades sebelum dititrasi. Hal ini dikarenakan proses titrasi tidak mungkin dialkukan dalam fase solid/ padatan. Ion-ion tidak akan bereaksi dalam bentuk padatan. Maka, Borax dialrutkan terlebih dahulu dengan akuades agar bisa dititrasi.
              Indikator yang dipilih adalah indicator metal merah. Perubahan warna saat titik ekivalen terjadi Karena adanya kelebihan HCl saat titrasi. Dipilih indicator metal merah sebab titrasi ini dilakukan untuk asam kuat dan basa lemah, dimana kemungkinan pH akhir < 7. Trayek atau range pH untuk metal merah adalah berkisar antara 4, 2-6, 2. Titik ekivalen terjadi jika warna berubah dari kuning menjadi merah muda. Ion H+ dari HCl yang menyebabkan perubahan warna ini. Seperti reaksi:
                                                H+ + ln- ↔ Hln
                                                Kuning      Merah muda
Sedangkan reaksi saat pelarutan Borax dengan akuades adalah sebagai berikut:
                        2Na2B4O7 + 2H2O → 2NaOH + H2B407
              Larutan HCl yang distandarisasi dengan Borax bertujuan untuk menghilangkan gas karbon dioksida (CO2) yang terbentuk. Persamaan reaksi yang terjadi adalah :
              Na2B4O7. 10H2O + HCl → 4H3BO4 + 2NaCl + 5H2O
Dari perhitungan yang didapat, volume HCl yang digunakan untuk menitrasi sebanyak 15, 7mL dan nilai konsentrasinya  sebesar 0, 0669N.
1.4.2.1.2 Standarisasi HCl dengan Na2CO3 anhidrous
              Pada percobaan kali ini dilakukan standarisasi HCl dengan Na2CO3 anhidrous. Digunakan Na2CO3 anhidrous sebagai larutan baku sebab nilai konsentrasinya dapat diketahui langsung melalui perhitungan. Selain itu, Na2CO3 anhidrous juga memenuhi standar larutan baku primer seperti Borax yaitu memiliki tingkat kemurnian yang tinggi, tidak higroskopis, mudah larut dalam air dan memiliki massa ekivalen yang tinggi. Sebelum dititrasi, Kristal Na2CO3 anhidrous dilarutkan terlebih dahulu dengan akuades. Pelarutan ini bertujuan untuk mengionkan senyawa Na2CO3 anhidrous agar dapat dititrasi dan menimbulkan reaksi karena dalam padatan tidak terjadi reaksi antar mulekul ion. Reaksi pelarutan Na2CO3 anhidrous dengan akuades adalah sebagai berikut:
                        Na2CO3 + H2O → 2Na+ + CO32- + H2O
Setelah larutan sia dititrasi dengan HCl, kembali ditetesi dengan indicator. Indicator yang digunakan adalah indicator metil merah. Penambahan indicator ini untuk mempermudah pengamatan saat titik ekivalen sudah tercapai. Dipilh indicator metil merah karena Na2CO3 anhidrous merupakan basa lemah. Jika dititrasi dengan HCl, maka pH akhir pasti dibawah 7. Metil merah yang memiliki trayek pH antara 4,2-6, 2 cocok untuk mengetahui saat titik ekivalen tercapai. Titik ekivalen tercapai saat perubahan warna terlihat, yaitu dari kuning menjadi merah muda. Perubahan warna ini karena adanya kelebihan HCl, khususnya ion-ion H+ yang dapat merubah warna indicator dengan reaksi:
                                                H+ + ln- ↔ Hln
                                                Kuning      Merah muda
Reaksi saat penambahan HCl terhadap Na2CO3 anhidrous adalah sebagai berikut:
                        Na2CO3 + 2HCl → 2NaCl + H2O + CO2
Dari perhitungan didapat bahwa volume HCl yang diperlukan sampai titik ekivalen terjadi adalah sebanyak 44mL dan nilai konsentrasi HCl adalah 0, 0858N. Volume titran yang besar ini kemungkinan karena Na2CO3 anhidrous adalah basa alkaloid, dimana saat titrasi akan menghasilkan gas CO2. Dan pH akhir menurut teori adalah
3, 7 sedangkan trayek pH indicator 4, 2-6,2. Kemungkinan inilah yang menyebabkan volumw titran besar.

1.4.2.2   Alkalimetri
1.4.2.2.1 Membuat larutan standar NaOH
              Untuk percobaan kali ini dilakukan pembuatan larutan standar dengan melarutkan Kristal NaOH dengan akuades. Reaksi pelarutan ini adalah sebagai berikut;
                        NaOH + H2O → Na+ + OH- + H2O
              Saat pelarutan terjadi, suhu labu ukur menjadi lebih hangat. Hal ini menunjukkan bahwa reaksi saat pelarutan NaOH dengan akuades adalah reaksi eksoterm, yaitu adanya pelepasan kalor dari siste ke lingkungan. Dalam hal ini system adalah NaOH yang larut dalam akuades dan lingkungan adalah labu takar dan sekitarnya.
              Pemanasan yang dilakukan antara lain agar NaOH semakin larut sempurna, serta agar larutan NaOH tersebut bebas dari CO2 sebab pada umumnya NaOH mengandung sejumlah zat pengotor yang antara lain yaitu Na2CO3. Dari perhitungan didapatkan data bahwa konsentrasi NaOH sebesar 0, 1N.

1.4.2.2.2 Standarisasi Larutan NaOH dengan Asam Oksalat
              Percobaan standarisasi larutan NaOH dengan asa oksalat ini dilakukan untuk memperoleh nilai konsentrasi NaOH. Kristal asam oksalat dialrutkan terlebih dahulu dengan menggunakan akuades. Hal ini bertujuan agar asam oksalat tersebut dapat dititrasi sebab reaksi antara NaOH dengan asam oksalat tidak akan terjadi dalam fase padatan. Oleh sebab itu Kristal dilarutkan terlebih dahulu dengan akuades. Reaksi saat asam oksalat dilarutkan dengan akuades adalah sebagai berikut;
                        H2C2O4 + NaOH → C2O42- + H3O+
              Sebelum dititrasi dengan NaOH, larutan asam oksalat ini ditetesi dengan indicator. Indicator yang dipilih adala indicator pp. pemilihan indicator ini karena asam oksalat merupakan asam lemah yang akan dititrasi dengan menggunakan basa kuat. Titik akhir titrasi pasti > 7. Hal ini berarti pada saat titik ekivalen terjadi suasana larutan adalah basa. Indicator pp digunakan sebab memiliki range pH 8 – 9, 6. Dengan menggunakan indicator, maka pengamatan terhadap titik ekivalen akan lebih mudah. Titik ekivalen terjadi saat perubahan warna dari bening menjadi merah muda. Perubahan warna ini dikarenakan adanya kelebihan NaOH dalam larutan campuran. Indicator pp merupakan bentuk asam lemah, penambahan ion-ion OH- berlebih dapat menggeser kesetimbangan kearah kanan dan mengubah indicator menjadi berwarna merah muda. Persamaan kesetimbangannya adalah;
                                    H-phph(aq) ↔ H+(aq) + phph-(aq)
                                                 Bening                        Merah muda
Reaksi saat penambahan NaOh terhadap asam oksalat adalah sebagai berikut:
              H2C2O4 + 2H2O + 2 NaOH → Na2C2O4 + 4 H2O
Melalui hasil perhitungan didapatkan data, yaitu konsentrasi dari NaOH sebesar 0, 1347N dari penambahan NaOH sebanyak 9, 9mL.

1.4.2.2.3 Penentuan Kadar NH3 dalam NH4Cl
              Untuk percobaan penetuan kadar NH3 ini digunakan NH4Cl yang dilarutkan dengan NaOH. NH4Cl dilarutkan dengan NaOH karena untuk mengubah ikatan dari NH4Cl mejadi berikatan dengan NaOH sehingga larutan hasil dapat dengan mudah dipisahkan dan menghasilkan NH3 yang diinginkan. Sample NH4Cl yang dilarutkan dengan NaOH reaksinya adalah sebagai berikut:
                        NH4Cl + NaOH → NaCl + NH3 + H2O
Kemudian dititrasi dengan HCl. Prinsip ini sama dengan titrasi asam basa. HCl sebagai titran merupakan asam kuat dan NH4Cl merupakan garam yang terdiri dari basa lemah.
              NaOH yang direaksikan dengan NH4Cl tidak habis bereaksi, melainkan berlebih. Kelebihan dari NaOH inilah yang berekasi dengan HCl saat titrasi berlangsung.
              Penambahan indicator metal merah digunakan untuk mempermudah pengamatan saat titik ekivalen tercapai. Dipilih indicator metal merah karena suasana larutan saat titik ekivalen tercapai adalah asam karena HCl dieraksikan dengan NH4Cl sehingga pH akhir < 7. Trayek pH untuk metal merah berkisar antara 4, 2- 6, 2. Titik ekivalen terjadi saat perubahan warna dari kuning menjadi merah muda. Perubahan ini dikarenakan adanya kelebihan HCl., terutama ion H+ yang mampu menggeser kesetimbangan larutan indicator kesebelah kanan dan menyebabkan perubahan warna dari kuning menjadi merah muda. Reaksi ini seperti dibawah:
                                                H+ + ln- ↔ Hln
                                                Kuning      Merah muda
              Saat titrasi terjadi, NaOH bereaksi dengan HCl dengan persamaa:
                                    NaOH + HCl → NaCl + H2O
Dari perhitungan didapat bahwa kadar NH3 didalam NH4Cl adalah sebesar 70, 125% dengan penambahan HCl sebanyak 82, 5mL. banyaknya volume titran dikarenakan pH pada titik akhir titrasi lebih sedikit basa karena adanya NH3 yang bersifat basa lemah serta trayek pH indicator yang tidak sesuai sehinggan olume HCl banyak.

1.4.2.2.4 Penentuan Kadar Asam Asetat dalam Asam Cuka yang diperdagangkan
              Percobaan penentuan kadar asam asetat dalam asam cuka ini dilakukan dengan menitrasi asam cuka yang sudah diencerkan dengan larutan NaOH 0, 1N. Asam asetat termasuk salah satu contoh protolit lemah, yaitu molekul atau ion yang dapat ikut serta dengan proton yang keseimbangan asam basanya ditentukan oleh tetapan protolisisnya. Pengenceran asam asetat ini dengan air untuk mempermudah titrasi karena sudah terionisasi. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
                        CH3COOH + H2O → CH3COO- + H3O+
              Sebelum dititrasi dengan NaOH, larutan titrat terlebih dahulu ditetesi indicator pp. indicator ini bertujuan agar saat titik ekivalen terjadi,pengamatannya menjadi lebih mudah. Dipilh indikato pp sebab titik akhir ekivalen terjadi saat suasana larutan basa. Ini berarti ph > 7. Suasana larutan pada saat titik ekivalen terjadi dalam keadaan basa sebab titrasi ini adalah titrasi basa kuat terhadap asam lemah. Jadi, saat titik ekivalen terjadi, larutan dalam keadaan basa. Indicator pp memilki range pH antara 8-9, 6. Titik akhir titrasi ditunjukkan oleh perubahan warna dari bening menjadi merah muda. Perubahan warna ini terjadi karena adanya kelebihan NaOH dalam larutan campuran, khususnya ion-ion hidroksida yang mampu menggeser kesetimbangan larutan indicator pp kesebelah kanan sehingga warna larutan berubah dari bening tak berwarna menjadi merah muda dengan persamaan:
                                    H-phph(aq) ↔ H+(aq) + phph-(aq)
                                                 Bening                        Merah muda
Dalam hal ini, perubahan terjadi karena indicator pp adalah juga merupakan asam lemah. Sehingga ion-ion hidroksida dapat bereaksi dan menggerser kesetimbangannya.
              Saat titrasi berlangsung antara NaOH dengan CH3COOH terjadi, reaksinya dalah sebagai berikut:
                        CH3COOH + NaOH → CH3COONa + H2O
Dari perhitungan didapat bahwa kadar asam asetat dalam asam cuka yang diperdagangkan adalah sebesar 4, 5968% dengan penambahan titran sebanyak 1,9mL.
gh7 � 0 ' Hb� �� sp;

7.

8.

9.
10.
Menimbang gelas beker 250mL kosong.
Memasukkan asam cuka kedalam gelas beker.
Menimbang gelas beker + cuka.
Menghitung massa asam cuka didalam gelas beker.
Memindahkan asam cuka kedalam labu ukur 250mL.
Mengencerkan asam cuka dengan menggunakan akuades hingga tanda tera.
Mengocok hingga benar-benar homogen.
Memasukkan kedalam erlemeyer 250mL.
Menambahkan 3 tetes indicator pp.
Menitrasi dengan larutan NaOH hingga titik ekivalen tercapai.
m gelas beker = 95, 8  gram

V asam cuka = 5mL

m = 102 gram
m asam cuka = (102 – 95, 80gram = 6, 2 gram


Vpengenceran = 250Ml
Larutan bening homogen



V larutan = 10mL


Larutan berubah warna dari bening menjadi merah muda.
Vawal = 23, 9mL
Vakhir = 25, 8mL
Vtitrasi = 1, 9mL
 1.5         Penutup
1.5.1      Kesimpulan
              Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu:
1.    a. Konsentrasi HCl yang didapat dari standarisasi HCl dengan Borax adalah
          sebesar 0, 0669N.
     b. Konsentrasi HCl yang didapat dari standarisasi HCl dengan Na2CO3 anhidrous
         adalah sebesar 0,0858N.
2.    a. Saat pembuatan larutan standar NaOH diketahui bahwa konsentrasi dari NaOH
         adalah sebesar 0, 1N.
     b. Konsentrasi NaOH yang didapat dari standarisasi NaOH dengan asam oksalat
        sebesar 0, 1347N.
3.    a. Kadar NH3 dalam NH4Cl yang diperoleh sebesar 70, 125.
     b. Kadar asam asetat dalam asam cuka yang diperdagangkan diperoleh sebesar
        4, 598%.

1.5.2      Saran
              Saran yang dapat disampaikan dalam percobaan ini adalah ketelitian dan keahlian praktikan dalam melakukan titrasi serta saat pencucian alat-alat saat proses beralngsung agar benar-benar bersih agar tidak terkontaminasi dengan bekas bahan lain yang akan menghambat proses praktikum.






Laporan Kimia Organik Aldehid Keton


ABSTRAK

Percobaan ini bertujuan mempelajari reaksi kimia aldehid dan keton serta penggunaan aldehid dan keton untuk indentifikasi senyawa.
Untuk uji tollens menggunakan larutan AgNO3 dan NaOH, uji iodoform menggunakan I2 dalam KI dan NaOH, pembentukan damar dengan NaOH pekat, Uji natrium Bisulfit menggunakan Natrium bisulfit jenuh. Reaksi asam karboksilat menggunakan KMnO4 dan asam sulfat pekat. Reaksi pembentukan fenilhidrazin menggunakan fenilhidrazin.
Uji positif pada Tollens akan ditandai dengan adanya endapan cermin perak. Uji Iodoform akan ditandai dengan adanya perubahan warna menjadi kuning. Uji Pembentukan Damar ditandai dengan warna larutan berubah menjadi kuning hingga coklat. Uji Adisi Natrium Bisulfit ditandai dengan adanya gumpalan putih. Reaksi pembentukan asam karboksilat untuk membuktikan apakah aldehid atau keton dapat dioksidasi dengan KMnO4 encer hasil positif adanya timbul bau asam pada hasil. Reaksi pembentukan fenilhidrazin ditandai dengan terbentuknya endapan putih.
Kata kunci : Reaksi oksidasi, kondensasi, gugus karbonil.
PERCOBAAN 4
ALDEHID DAN KETON

4.1 Pendahuluan
4.1.1 Tujuan Percobaan
            Percobaan ini bertujuan untuk :
1.                  Mempelajari reaksi kimia aldehid dan keton
2.                  Penggunaan aldehid dan keton untuk identifiksai senyawa

4.1.2 Latar Belakang
            Aldehid dan keton adalah senyawa yang memiliki gugus karbonil. Yang membedakan hanyalah posisi gugus karbonilnya. Selebihnya, aldehid dan keton mempunyai kesamaan sifat, bentuk dan rumus molekulnya.
            Aldehid dan keton menyumbangkan manfaat yang cukup besar, contohnya formaldehid 40% digunakan sebagai antiseptik. Benzaldehid kebanyakan digunakan sebagai pelarut dan pembuatan senyawa-senyawa aromatik dari turunannya. Sedangkan propanon digunakan sebagai pelarut dan pembersih kaca. Sikloheksanon juga banyak digunakan sebagai pelarut.
            Senyawa-senyawa aldehid dan keton banyak digunakan dalam bidang industri sehingga mahasiswa Teknik Kimia harus mampu mengetahui reaksi-reaksi yang dapat terjadi pada senyawa aldehid dan keton. Mengingat besarnya manfaat jika melakukan percobaan ini, sudah seharusnya praktikan melaksanakan percobaan aldehid dan keton. Percobaan ini mendukung kemampuan praktikan dalam megindentifikasi senyawa aldehid dan keton.
4.2 Dasar Teori

            Aldehid dan keton mempunyai gugus sama yaitu gugus karbonil (C═O). Keton mempunyai dua gugus alkil (aril) yang terikat pada karbon karbonil, sedangkan aldehid mempunyai sekurang-kurangnya satu karbon hidrogen yang terikat pada kabon karbonilnya.
                              O                                             O
                              ║                                             ║
R─C─H                                  R─C─R
                        Aldehid                                     Keton
                      Gambar 4.1 Struktur Aldehid dan Keton
            Sifat fisis aldehid dan keton, gugus karbonil terdiri dari sebuah atom karbon sp2 yang dihubungkan ke sebuah atom oksigen oleh sebuah ikatan sigma dan sebuah ikatan pi. Ikatan-ikatan sigma gugus karbonil terletak dalam suatu bidang dengan sudut ikatan rata-rata 1200 disekitar karbon sp2. Ikatan pi yang menghubungkan C dan O terletak diatas dan dibawah bidang ikatan-ikatan sigma tersebut. Gugus karbonil bersifat polar, dengan elektron-elektron dalam ikatan pi, tertarik ke oksigen yang lebih elektronegatif. Oksigen gugus karbonilnya mempunyai dua pasang electron menyendiri, mempengaruhi sifat dan kereaktifan gugus karbonil
(Fessenden, 1990).
           Salah satu gugus fungsi yang kita ketahui yaitu aldehid. Aldehid adalah satu senyawa yang mengandung gugus karbonil yang terikat pada sebuah atau dua buah atom Hidrogen. Nama IUPAC dari aldehida diturunkan dari alkana dengan mengganti akhiran “ana” dengan “al”. nama umum didasarkan nama asam karboksilat ditambahkan dengan akhiran “dehida”. Keton adalah suatu senyawa organik yang mempunyai sebuah gugus karbonil terikat pada dua gugus alkil. Keton juga dapat dikatakan senyawa organik yang karbon karbonilnya dihubungkan dengan dua karbon lainnya (Anonim, 2009).
            Aldehid dan keton dapat membentuk ikatan hidrogen antara molekulnya, karena tidak ada gugus hidroksil ( ─OH ) dan dengan demikian titk didihnya menjadi lebih rendah dari alkohol padanannya. Tetapi aldehid dan keton tarik menarik melalui interaksi antar polar-polar, sehingga titik didihnya menjadi lebih tinggi dibanding alkana padanannya (Wilbraham, 1992).
            Alkohol primer dapat dioksidasi menjadi aldehid dengan menghangatkannya pada suhu sekitar 500 dengan katalis. Kalium dikromat dalam suasana asam, sedangkan alkohol dapat dioksidasi menjadi keton dengan keadaan yang sama dengan oksidasi pada alkohol primer. Alkohol tersier tidak dapat dioksidasi karena tidak ada atom hidrogen yang dapat dilepas dari atom karbon pembawa gugus hidroksil (Wilbraham, 1992).
            Aldehid dan keton bersifat netral. Siku-siku yang rendah larut dalam air. Aldehid-aldehid yang rendah seperti formaldehid dan asetaldehid berbau tidak sedap dan menyengat, sedangkan aldehid yang berantai panjang dalam larutan encer baunya seperti bunga-bungaan yang digunakan dalam industri wangi-wangian
(Respati, 1986).
            Reaksi-reaksi yang terjadi pada aldehid :
1.    Oksidasi menjadi Asam Karboksilat
Dapat dilakukan dengan pereaksi Tollens, pereaksi Fehling dan pereaksi Benedict. Reaksinya adalah :
      O                                     O
                                         ║               [O]                   ║
                                    R─C─H                           R─C─OH
                              Gambar 4.2 Reaksi oksidasi pada aldehid
2.    Reaksi Adisi
                      O                                                  OH
                      ║                                                   ║
CH3─C─H + Na+HSO3-                CH3─C─SO3-Na+
      Gambar 4.3 Reaksi adisi Natrium Bisulfit
3.    Polimeran
Contoh struktur polimer aldehid adalah asam amino dengan struktur :
                                                    CH3


                  O                                            CH3
                                         NH3
                        Gambar 4.4 Struktur Valin
4.    Penghalogenan
Reaksi umumnya adalah :
                  O                                     O
                  ║                                     ║
            R─C─H + HX                            R─C─X + H2
            Gambar 4.5 Reaksi aldehid dengan Hidrogen Halida
5.    Reaksi Schiff
Reaksi umumnya adalah :
400px-SchiffReagentMechanismI.png                                Gambar 4.6 Mekanisme Reaksi Schiff

6.    Pendamaran
Reaksi umum menggunakan NaOH adalah :
                  O                                             O
                  ║                                             ║
            R─C─H + NaOH                   R─C─H
                                                            ‌
                                                            OH
            Gambar 4.7 Reaksi pendamaran pada aldehid
Terdapat warna kuning atau cokelat.
Reaksi-reaksi yang terjadi pada keton :
1.    Oksidasi
Tidak dengan pengoksidasi biasa. Dengan pengoksidasi kuat misalnya CrO3, keton tersebut pecah kiri kanan gugus hidroksil dan terjadi campuran dari asam-asam.
Reaksi umum pembetukan keton :
                H                                             O
                                                               ║
CH3─C─CH3                          CH3─C─CH3
         
\       OH
Gambar 4.8 Reaksi pembentukan keton
2.    Reaksi Adisi
Dengan HCN dan NaHSO3. Reaksi dengan fenilhidrazin :
condense2.gif
  Gambar 4.9 Reaksi pembentukan propanon Hidrazon

3.    Kondensasi
Reaksi umum kondensasi aldol pada keton adalah :
600px-AldolcondensationGeneral.png
                        Gambar 4.10 Kondensasi aldol pada keton
4.    Reduksi
Dalam larutan asam atau reduksi katalitik dan dalam larutan netral. Reaksi secara umum reduksi pada keton adalah :
kethydrideeq.gif
                        Gambar 4.11 Reaksi reduksi pada keton
(Riawan, 1989 : 156).
              Aldehid dan keton dapat diperoleh dengan cara :
1.    Oksidasi alkohol primer
R─CH2─OH                                       R─CH═O
2.    Reduksi klorida asam
R─CH═O     H2I, Pd, BaSO4           R─CH═O
3.    Hidroformilasi Alkana
Reaksi secara umum :
hidroformi.gif
Gambar 4.12 Reaksi Hidroformilasi alkena

Keton dapat diperoleh dari :
1.    Oksidasi alkohol sekunder
R─CHOH─R → R─CO─R
Gambar 4.13 Reaksi oksidasi
2.    Asilasi Frredel Crafts
Reaksi umum asilasi adalah :
500px-Friedel-craft-alk2.gif
                                    Gambar 4.14 Reaksi asilasi
(Respati, 1986 ).
4.3         Metodologi Percobaan
4.3.1      Alat-alat dan deskripsi alat
              Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
-       Gelas beker 500mL dan 1000 mL
-       Pipet tetes
-       Tabung reaksi
-       Tutup tabung reaksi
-       Kompor listrik
-       Rak tabung reaksi
-       Gegep
Rangkaian Alat
                                                         








Gambar 4.15 Rangkaian Alat pemanasan
4.3.2 Bahan-bahan
            Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
-       Sikloheksanon                                            - Amoniak 10%
-       Propanon                                                    - Es batu
-       Benzaldehid                                               - KMnO4
-       Asetaldehid                                                            - KI
-       Eter                                                             - Akuades
-       Dietil eter                                                   - AgNo3 5%
-       NaOH 10% dan 6M                                   - NaHSO3
-       H2SO4  pekat                                              - Fenilhidrazin
                                                        
4.3.2 Prosedur Percobaan
4.3.3.1 Reaksi Adisi Na-Bisulfit
1. Memasukkan 10 tetes Na-Bisulft kedalam tabung reaksi. Menambahkan 10 tetes sikloheksanon.
2. Mengocok dan mengamati perubahannya.
3. Mengulangi langkah kerja 1 dan 2 untuk sampel yang lain.
4. Memasukkan 10 tetes Na-Bisulfit kedalam tabung reaksi. Menambahkan 10 tetes
sikloheksanon.
5. Mengocok sebentar dan langsung memasukkannya kedalam es batu.
6. Mengamati hasilnya.
7. Mengulangi langkah kerja 4-6 untuk sampel yang lain seperti propanon, benzaldehid, asetaldehid, eter dan dietil eter.

4.3.3.2 Uji Iodoform
1. Memasukkan 10 tetes siikloheksanon kedalam tabung reaksi.
2. Menambahkan 10 tetes KI dan tetes demi tetes NaOH 6M hingga larutan berwarna kuning.
3. Jika tidak ada endapan, memanaskan larutan.
4. Mengulangi langkah kerja 1-3 untuk propanon. Benzaldehid, asetaldehid, eter dan dietil eter.

4.3.3.3 Uji Tollens
1. Mencampurkan 10 tetes AgNo3 5%, menambahkan 2 tetes NaOH 10% dan 2 tetes amoniak 10% kedalam tabung reaksi, mengocok hingga rata.
2. Menambahkan 10 tetes sikloheksanon.
3. Jika tidak terjadi pemebntukan cermin perak langsung, memanaskan larutan.
4. Mengamati hasilnya.
Mengulangi langkah kerja 1-4 untuk propanon, asetaldehid, eter dan dietil eter.

4.3.3.4 Pembentukan fenilhidrazin
1. Memasukkan 10 tetes fenilhidrazin dan 10 tetes sikloheksanon kedalam tabung reaksi.
2. Mengocok hingga rata.
3.Mengamati hasilnya.
4. Mengulangi langkah kerja 1-3 untuk propanon, benzaldehid, asetaldehid, eter dan dietil eter.

4.3.3.5 Pembentukan asam karboksilat
1. Memasukkan 10 tetes KMnO4, menambahkan 4 tetes H2SO4 pekat dan 10 tetes sikloheksanon kedalam tabung reaksi.
2. Mengocok hingga rata, memanaskan.
3. Mengamati hasilnya dan mencium baunya.
4. Mengulangi langkah 1-3 untuk propanon, benzaldehid, asetaldehid, eter dan dietil eter.

4.3.3.6 Pembentukan Damar
1. Memasukkan 10 tetes NaOH 6M dan 10 tetes sikloheksanon kedalam tabung reaksi.
2. Mengocok hingga rata.
3. Memanaskan larutan.
4. Mengamati hasilnya, apakah terjadi endapan atau tidak.
5. Mengulangi langkah kerja 1-4 untuk propanon, benzaldehid, asetaldehid, eter dan dietil eter.
 4.4 Hasil dan Pembahasan
                                        
4.4.1 Hasil
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Reaksi Adisi Na-Bisulfit
No.
Langkah Kerja
Hasil
Tabung I
Tabung II
1.

2.

Memasukkan 10 tetes Na-Bisulfit
Menambahkan 10 tetes sampel dan mengocoknya.
Sampel :
-          Sikloheksanon


-          Propanon



-          Asetaldehid



-          Benzaldehid



-          Eter
Larutan bening




Ada dua lapisan, atas dan bawah bening agak keruh.
Ada dua lapisan, atas putih susu, bawah bening jernih.
Bercampur sempurna, tidak ada lapisan. Warna bening jernih.
Ada dua lapisan, atas putih susu, bawah bening jernih.
Ada dua lapisan,
Larutan bening




Ada dua lapisan, atas putih, bawah bening jernih.
Bercampur sempurna, warna bening jernih tidak ada lapisan.

Bercampur sempurna, tidak ada lapisan. Warna bening jernih.

Ada dua lapisan, lapisan pembatas keruh dan yang lain bening. Ada endapan.
Ada dua lapisan,


-          Dietil eter
keduanya bening jernih.
Ada dua lapisan, keduanya berwarna bening jernih.
keduanya bening jernih.
Ada dua lapisan, keduanya bening jernih.


Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Uji Iodoform
No.
Langkah Kerja
Hasil
1.
Memasukkan 10 tetes sampel ditambahkan 10 tetes larutan KI dan tetes demi tetes NaOH 6M hingga warna kuning.
Sampel :
-          Sikloheksanon


-          Propanon


-          Asetaldehid

-          Dietil eter


-          Benzaldehid

-          Eter
Larutan kuning




Tidak ada endapan, ada dua lapisan dan warna kuning keruh diantara kedua lapisan.
Ada dua lapisan, lapisan keruh sebagai pembatas kedua lapisan beningnya. Tidak ada endapan.
Larutan berwarna jingga, ada endapan coklat.
Ada dua lapisan, keduanya bening jernih. Tidak ada endapan.
Terdapat dua lapisan, keduanya berwarna jernih. Tidak ada endapan.
Ada dua lapisan, warna awal sebelum dipanaskan bening. Seteah dipanaskan menjadi agak kekuningan, tidak ada endapan.

Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Uji Tollens
No.
Langkah Kerja
Hasil
1.


2.
10 tetes AgNO3 5% ditambahkan 2 tetes NaOH 10%, lalu 2 tetes amoniak 10%.
Menambahkan sampel sebanyak 10 tetes kedalam tabung reaksi, memanaskannya.
Sampel :
-          Sikloheksanon


-          Eter

-          Asetaldehid


-          Dietil eter

-          Propanon



-          Benzaldehid
Larutan hitam kehijau-hijauan pekat.






Warna larutan hitam, terbentuk lapisan cermin perak di dinding dalam tabung reaksi.
Warna larutan hitam, terbentuk lapisan cermin perak.
Warna larutan cokelat muda kehijau-hijauan. Terbentuk endapan cermin perak.
Larutan berwarna hitam, terbentuk lapisan cermin perak.
Terdapat dua lapisan, atas hitam, dibawah keruh. Terbentuk lapisan cermin perak.
Larutan berwarna hitam, terbentuk lapisan cermin perak.


Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Pembentukan Fenilhidrazin
No.
Langkah Kerja
Hasil
1.


2.
Memasukkan 10 tetes Fenilhidrazin kedalam tabung reaksi.
Menambahkan 10 tetes sampel kedalam tabung reaksi.
Sampel :
-          Eter

-          Propanon

-          Asetaldehid

-          Benzaldehid

-          Dietil eter
-          Sikloheksanon
Larutan bening jernih





Ada dua lapisan, keduanya berwarna bening.
Bercampur sempurna, bening. Tidak ada lapisan.
Larutan berwarna hijau muda bening.
Ada dua lapisan, atas keruh dan bawah putih susu.
Ada dua lapisan, keduanya bening.
Ada tiga lapisan, lapisan atas kuning muda jernih, kedua putih keruh dan ketiga bening.

Tabel 4.5 Hasil Pengamatan Pembentukan Asam Karboksilat
No.
Langkah Kerja
Hasil
1.


2.
Memasukkan 10 tetes KMnO4 ditambah4 tetes H2SO4 pekat kedalam tabung reaksi.
Menambahkan 10 tetes sampel.
Sampel :
-          Sikloheksanon

-          Asetaldehid

-          Propanon

-          Eter


-          Benzaldehid

-          Dietil eter
Larutan berwarna ungu tua pekat




Ada dua lapisan, atas keruh, bawah cokelat tua. Bau tidak asam.
Tidak ada lapisan, warna cokelat tua. Bau asam
Warna larutan merah hati, bau tidak asam.
Ada dua lapisan, atas putih telur, bawah cokelat tua. Bau tidak asam.
Ada dua lapisan, atas putih susu, bawah cokelat tua. Bau asam.
Ada dua lapisan, lapisan atas putih susu, bawah cokelat tua. Bau tidak asam.

Tabel 4.6 Hasil Pengamatan Pembentukan Damar
No.
Langkah Kerja
Hasil
1.

2.
Memasukkan 10 tetes NaOH kedalam tabung reaksi
Menambahkan 10 tetes sampel, dipanaskan.
Sampel :
-          Eter

-          Propanon

-          Sikloheksanon


-          Dietil eter

-          Asetaldehid



-          Benzaldehid
Larutan bening jernih




Ada dua lapisan, atas kuning bening, bawah keruh.
Ada dua lapisan. Atas bening keruh kekuning-kuningan, bawah jernih.
Ada dua lapisan, atas kuning agak gelap bening, bawah kuning terang bening.
Ada dua lapisan, atas kekuning-kuningan, bawah bening jernih.
Ada tiga lapisan, atas merah tua kehitaman, kedua cokelat tua dan lapisan bawah jingga kecokelat-cokelatan.
Ada tiga lapisan, atas keruh, kedua putih dan ketiga bening jernih.
 4.4.2 Pembahasan
4.4.2.1 Reaksi Adisi Na-Bisulfit
            Pada percobaan ini menguji sampel dengan tahap yang berbeda. Aldehid dan keton dengan jumlah atom karbonil yang kecil dapat melakukan reaksi adisi dengan melarutkan larutan Natrium Bisulfit menghasilkan lapisan putih. Hasil reaksi ini jika bereaksi dengan asam akan membentuk senyawa karbonil kembali, sehingga reaksi ini dapat digunakan untuk memisahkan senyawa karbonil.
            Untuk mengamati perbedaannya, pada sampel dilakukan dua perlakuan, dengan menggunakan es dan tidak. Natrium Bisulfit yang direaksikan dengan benzaldehid akan membentuk lapisan putih. Ini berarti benzaldehid mengalami reaksi adisi. Hal ini juga sama yang terjadi pada propanon, adanya lapisan putih menandakan propanon juga mengalami adisi. Aldehid dan keton dapat mengalami adisi sebab memiliki ikatan rangkap C═O yang dapat diputus dan diadisi dengan senyawa lain. Dalam hal ini, putusnya ikatan rangkap C═O yang kemudian diadisi dengan Na-Bisulfit. Pada golongan eter tidak dapat diadisi sebab tidak mempunyai ikatan rangkap yang dapat diputus sehingga pada percobaan ini, eter tidak bereaksi.
            Reaksi adisi Natrium Bisulfit, nukleofil menyerang atom karbon pada ikatan ganda dua karbon oksigen karena karbon mempunyai muatan positif parsial. Selain itu, adanya guus metil keton juga mempengaruhi dapat atau tidaknya suatu senyawa diadisi. Asam-asam merupakan katalis pada adisi nukleofil lemah pada senyawa karbonil melalui protonasi atom O. reaksi-reaksi yang terjadi pada sampel adalah sebagai berikut :
                                                                                                 OH
                                                                                                          
              ─CHO + Na+HSO3-                                                 ─C─SO3Na
                                                                                                 
                                                                                                  H
Benzaldehid         Natrium Bisulfit                                       Produk 
           O                                                                      OH
           ║                                                                      ║
CH3─C─ CH3 + Na+HSO3-                               CH3─C─ CH3
                                                                                     
                                                                                    NaSO3
Propanon            Natrium Bisulfit                            Produk



               ═O + Na+HSO3-                                                                  

Sikloheksanon  Natrium Bisulfit                     Tidak ada produk

           O                                             
          ║
CH3─C─ H + Na+HSO3-                                                          
Asetaldehid    Natrium Bisulfit                      Tidak ada produk


R─O─R + Na+HSO3-                                                            
     Eter      Natrium Bisulfit                            Tidak ada produk



C2H5─O─ C2H5 + Na+HSO3-                                                
Dietil eter              Natrium Bisulfit                Tidak ada produk

Pada sikloheksanon tidak terjadi reaksi adisi padahal termasuk golongan keton. Hal ini kemungkinan karena adanya rantai siklik. Rantai siklik adalah konformasi yang paling stabil, yaitu konformasi kursi dengan sudut sekitar 109,50, dimana ikatan aksial terarah keatas dan kebawah, paralel terhadap sumbu cincinnya. Sehingga saat Na-Bisulfit menyerang dan konsentrasinya tidak cukup kuat, menyebabkan sikloheksanon tidak mengalami reaksi adisi. Kemungkinan lain adalah karena sikloheksanon tidak memiliki gugus metil keton yang merupakan syarat lain dalam adisi Na-Bisulfit ini. Begitu pula dengan yang terjadi pada asetaldehid yang merupakan golongan aldehid. Kemungkinan kurangnya senyawa natrium bisulfit yng ditambahkan sehingga kurang kuat untuk memutus ikatan rangkap C═O walaupun asetaldehid memiliki gugus metil keton dan menyebabkan reaksi adisi tidak berpengaruh pada asetaldehid.
            Reaksi dalam keadaan dingin ternyata memperlambat reaksi. Menurut teori, reaksi adisi berjalan cepat padas saat suhu meningkat, sedangkan pada suhu yang rendah, reaksi akan berjalan lambat. Dengan melakukan dua perlakuan pada sampel, praktikan dapat membandingkan hasil pengamatan yang didapat.

4.4.2.2  Uji Iodoform
            Uji iodoform ini bertujuan untuk mengetahui bias tidaknya suatu aldehid, keton dan eter diionisasi dan untuk mengetahui adanya ikatan rangkap C═O serta ada tidaknya metil keton. Syarat suatu senyawa diionisasi untuk menunjukkan uji positif terhadap uji iodoform adalah ditandai dengan terbentuknya warna atau endapan kuning. Jika padatan berukuran kecil, maka laruta berwarna kuning. Jika padatan berukuran besar, maka larutan akan mendekati merah. Baik pada aldehid dan keton, khusunya yang memilki gugus metil keton akan menunjukkan hasil yang positif berdasarkan teori. NaOH yang digunakan dalam percobaan ini agar dapat menghilangkan warna dari iodin itu sendiri. Reaksi-reaksi yang terjadi pada sampel adalah sebagai berikut :

          ═O + 3I2 + OH-                                                           
Sikloheksanon

           O
           ║
CH3─C─ CH3 + 3I2 + OH-                    CHI3- + CH3COO- + 3I- + 3H2O
    Propanon


R─O─R + 3I2 + OH-                                                             
    Eter

           O                                             
          ║
CH3─C─ H + 3I2 + OH-                                 CHI3- + HCOO- + 3I- + 3H2O
Asetaldehid


C2H5─O─ C2H5 + 3I2 + OH-                                                 
Dietil eter

             
             ─CHO + 3I2 + OH-                                                               

            Pada golongan eter tidak terjadi reaksi karena sukarnya terjadi ionisasi menjadi ion-ion positif dan negatif yang terjadi pada ikatan rangkap C═O sehingga tidak dapat membentuk senyawa yang mengandung iodium. Seperti yang kita ketahui, eter tidak memiliki ikatan rangkap C═O terlebih gugus metil keton sehingga menunjukkan hasil yang negatif untuk uji iodoform ini. Pada sikloheksanon yang berasal dari golongan keton memang berwarna kuning terang, tetapi sebenarnya ia tidak bereaksi sebab senyawa ini tidak memilki gugus metil keton. Warna kuning pada larutan ini kemungkinan dikarenakan terlalu banyak menetesi iodium dan terlalu sedikit menambahkan NaOH sehingga warna iodium yang sebenarnya tidak hilang. Pada propanon bereaksi sebab memilki gugus metil keton, begitu pula pada asetaldehid yang menunjukkan hasil positif dengan larutan berwarna jingga dan terdapat endapan. Pada benzaldehid yang berasal dari gologan aldehid juga tidak mengalami reaksi sebab tidak memilki gugus metil keton sehingga larutan tetap bening.

4.4.2.3 Uji Tollens
            Pada dasarnya, uji Tollens digunakan untuk mengetahui tingkat oksidasi pada aldehid dan keton untuk membentuk asam karboksilat. Pereaksi Tollens merupakan zat pengoksidasi yang sangat lemah. Pereaksi Tollens berdasarkan oksidasi suatu aldehid dengan ion Ag+ dalam basa amoniak, yaitu suatu oksidator lemah, hasilnya adalah suatu karboksilat dan logam-logam peraknya.
            Cara untuk mendapatkan pereaksi Tollens adalah dengan mencampurkan larutan AgNO3 dengan basa amoniak. Jadi, fungsi NaOH dan NH3 adalah membentuk baasa amoniak yang kemudian direaksikan dengan AgNO3. R eaksi antara NaOH dengan  NH3 adalah sebagai berikut :
NaOH  +  NH3                NH3OH + Na+                   
Kemudian NH3OH direaksikan dengan AgNO3 :
2NH3OH +  AgNO3                   Ag(NH3)2 + HNO3             
Suatu aldehid dioksidasi, ion perak direduksi menjadi logam-logam perak. Perak biasanya mengendap sebagai lapisan cermin pada permukaan dalam tabung reaksi. Untuk mencegah ion perak mengendap sebagai perak hidroksida pada suhu tinggi, maka ditambahkan beberapa tetes amoniak.
            Pada percobaan ini diperoleh bahwa hasil pada senyawa aldehid seperti asetaldehid dan benzaldehid terbentuk endapan cermin perak didinding dalam tabung reaksi. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :




           O                                                                    O          
          ║                                                                    ║
CH3─C─ H+2[Ag(NH3)2]++2OH-           CH3─C─O-NH4++2Ag↓+3NH3+H2O
Asetaldehid        Tollens                                 Produk

                                                                                      O-
                                                                                      ║
                 ─CHO+2[Ag(NH3)2]++2OH-                    ─CH NH4++2Ag↓+3NH3+H2O

              Untuk  senyawa golongan keton dan eter seharusnya tidak dihasilkan dihasilkan cermin perak. Keton dan eter tidak bereaksi reagen Tollens karena pada keton dan eter tidak ditemukan atom H yang terikat langsung pada gugus karbonil sehingga keton dan eter tidak mampu mereduksi pereaksi Tollens. Untuk reaksi sampel yang lain secara teoritis adalah sebagai berikut :
           O
           ║
CH3─C─ CH3 + 2[Ag(NH3)2]+ + 2OH-                                 
  Propanon            Tollens
           
                 ═O + 2[Ag(NH3)2]+ + 2OH-                                 

Sikloheksanon      Tollens


R─O─R + 2[Ag(NH3)2]+ + 2OH-                                          
   Eter           Tollens


C2H5─O─ C2H5 + 2[Ag(NH3)2]+ + 2OH-                                          
   Dietil eter               Tollens
Namun, pada saat percobaan dilakukan, didapatkan data bahwa seluruh sampel terbentuk endapan cermin perak. Hal ini kemungkinan kesalahan dalam pencampuran sampel, yaitu terlalu sedikit menambahkan amoniak yang berfungsi sebagai pencegah terjadinya endapan cermin perak. Kemungkinan lain adalah suhu pemanasan yang terlalu tinggi yang menyebabkan amoniak tidak dapat berfungsi secara optimal dalam mencegah terjadinya endapan cermin perak.

4.4.2.4 Pembentukan Fenilhidrazin
              Reaksi pembentukan fenilhidrazin merupakan reaksi kondensasi dengan tanpa pengeluaran H2O (atau molekul lain yang sederhana). Pada percobaan ini juga sebagai reaksi uji ikatan rangkap C═O. hasil pengamatan didapatkan bahwa senyawa benzaldehid dan sikloheksanon yang memiliki lapisan putih keruh, sedangkan untuk senyawa lain terutama eter dan dietil eter tidak menunjukkan adanya perubahan warna. Hal ini mengindikasikan bahwa eter tidak memilki ikatan rangkap. Untuk asetahdehid dan propanon sebenarnya bereaksi, namun kemungkinan penambahan fenilhidrazin yang jumlahnya kurang sehingga reaksi yang terjadi tidak nampak.
              Produk-produk bertipe imina terbentuk dari aldehid dan keton dan suatu senyawa nitrogenasi tipe RNH─NH2 atau H2N─OH (reagen dengan gugus elektronegatif terikat pada H) sangatlah stabil.Senyawa dari golongan aldehid dan keton dapat mengalami reaksi pembentukan fenilhidrazin membentuk fenilhidrazon.
            Fenilhidrazon dari banyak aldehid adalah zat padat, mudah dimurnikan, maka dapat dipakai untuk mengenalkan (identifikasi) senyawa-senyawa karbonil dengan dibebaskannya dari bentuk-bentuk tersebut dengan mendidihkannya dengan asam encer. Reaksinya adalah sebagai berikut :
dnpproduct1.gif







    
Reaksi-reaksi yang terjadi pada sampel adalah sebagai berikut :
                                                                    H+
═O +  H2N─NH─                                                      ═N─NH─            
                                                                 ─H2O
Sikloheksanon   Fenilhidrazin                                                   Produk

          O
          ║                                                         H+         
CH3─C─CH3 + H2N─NH─                                       CH3─C─CH3
     ─H2O                   ║
                                                                                              N─NH─                …(4.23)
Propanon         Fenilhidrazin                                              Produk

                                                                       H+
            ─CHO + H2N─NH─                                                    ─CH═N─NH
                                                                   ─H2O                                      
                                                                                                                         

Benzaldehid        Fenilhidrazin                                               Produk

          O
          ║                                                    H+
CH3─C─H + H2N─NH─                                       CH3─CH═N─NH─          
                         ─H2O
Asetaldehid     Fenilhidrazin                                             Produk


R─O─R + H2N─NH─                                                                                   
   Eter        Fenilhidrazin                                             Tidak ada produk


C2H5─O─ C2H5 + H2N─NH─                                                                      
      Dietil Eter        Fenilhidrazin                                    Tidak ada produk

4.4.2.5 Pembentukan Asam Karboksilat
            Berdasarkan teori bahwa keton tidak mudah dioksidasi menjadi asam karboksilat, hamper semua reagen yang mengoksidasi alkohol juga mengoksidasi aldehid, garam permanganoat atau kromat merupakan oksidator terpopuler selain dengan Ag+ atau Cu2+.
            Senyawa aldehid jika direaksikan dengan KMnO4 dan H2O akan lebih mudah dioksidasi dan menghasilkan asam karboksilat. Digunakan H2SO4 agar reaksi berlangsung dalam suasana asam dan H2SO4 merupakan katalis yang cocok sebab tidak menimbulkan reaksi samping seperti jika menggunakan HCl, yang akan membentuk ion-ion Cl-. Pada aldehid, mengalami oksidasi dan membentuk asam karboksilat. Senyawa eter tidak bereaksi sebab tidak dapat dioksidasi dengan KMnO4 sehingga tidak bereaksi dan tidak dapat membentuk asam karboksilat dengan tidak adanya bau asam. Sedangkan pada senyawa keton, sesuai dengan teori, yaitu tidak terjadi reaksi pembentukan asam karboksilat karena tidak menimbulkan bau asam. Reaksi yang terjadi pada keenam sampel adalah sebagai berikut:

          O
          ║              MnO4- H+
CH3─C─CH3                                                                                                   
   Propanon                                          Tidak ada produk

                                                                      O
                             MnO4- H+                         ║
            ─CHO                                           ─COH                 
Benzaldehid                                  Asam Benzoat
                           MnO4- H+
            ═O                                                                                                  
Sikloheksanon                               Tidak ada produk
                   MnO4- H+
R─O─R                                                                                 
   Eter                                            Tidak ada produk
                             MnO4- H+
C2H5─O─C2H5                                                                      
 Dietil Eter                                    Tidak ada produk
          O                                               O
          ║           MnO4- H+                     ║
CH3─C─H                                 CH3─C─OH                                   
Asetaldehid                                Asam Etanoat

4.4.2.6 Pembentukan Damar
            Pada uji pembentukan dammar ini digunakan NaOH untuk direaksikan dengan aldehid, keton dan eter.  Reaksi pembentukan dammar terjadi pada golongan aldehid karena karbon karbonilnya mengikat langsung pada atom hidrogen. Uji ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hidrogenasi alfa pada aldehid. Aldehid yang mempunyai hidrogenasi alfa akan mengalami kondensasi aldol. NaOH juga digunakan dalam alkali pekat sehingga aldehid yang memang mempunyai gugus atom Hidrogen alfa dapat mengalami reaksi oksidasi reduksi sendiri, sehingga menghasilkan alkohol dan garam karboksilat.
            Pada percobaan ini hanya asetaldehid yang bereaksi sempurna, membentuk lapisan dan membentuk endapan. Sedangkan pada benzaldehid ada sedikit reaksi, namun tidak sampai membentuk endapan. Hal ini kemungkinan karena kurangnya penambahan NaOH yang menyebabkan kondensasi aldol dan ditunjukkan dengan pembentukan endapan. Kemungkinan lain adalah karena rantai siklik pada gugus fenil yang memiliki konformasi yang sangat stabil sehingga tidak mudah diputuskan. Pada sampel keton dan eter tidak bereaksi sebab tidak memiliki hidrogenasi alfa sehingga tidak dapat mengalami reaksi kondensasi aldol dengan penambahan NaOH. Reaksi yang terjadi pada keenam sampel adalah sebagai berikut:
          O
          ║
CH3─C─CH3 + NaOH                                                                      
   Propanon
               
              ═O + NaOH                                                                                                
Sikloheksanon


R─O─R + NaOH                                                                  
    Eter

C2H5─O─C2H5 + NaOH                                                                                 
 Dietil Eter
            O                                                     O
            ║                                                     ║
2CH─C─H + NaOH                       CH3─C─Na + CH3OH                                        
Asetaldeehid                                           Produk
                                                                                 O
                                                                                 ║
2              ─CHO + NaOH                                    ─C─Na + CH3OH           
  Benzaldehid                                               Produk
 4.5.1             Penutup

4. 5. 1    Kesimpulan
              Berdasarkan hasil percobaan, dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu :
1.    Hasil pada reaksi-reaksi pada aldehid keton yang didapat adalah sebagai berikut:
a.       Pada reaksi adisi Na-Bisulfit hanya senyawa benzaldehid dan propanon yang bereaksi sedangkan sikloheksanon dan asetaldehid tidak. Begitu pula dengan senyawa eter yang tidak memilki ikatan rangkap juga tidak bereaksi.
b.    Uji iodoform bertujuan untuk mengetahuiadanya ikatan rangkap dan gugus metil keton pada senyawa aldehid, keton dan eter. Hanya propanon dan asetaldehid yang bereaksi, sikloheksanon dan benzaldehid yang tidak memilki gugus metil keton tidak bereaksi, begitu pula pada eter.
c.    Uji Tollens didasarkan pada tingkat oksidasi pada aldehid dan keton. Yang mengalami reaksi adalah golongan aldehid, asetaldehid dan benzaldehid. Untuk keton dan eter yang sukar dioksidasi tidak bereaksi.
d.   Uji pembentukan fenilhidrazin bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hidrogenasi alfa yang dapat mengalami reaksi kondensasi. Pada aldehid dan keton menunjukkan hasil yang positif, sedangkan eter menunjukkan hasil yang negative.
e.    Uji pembentukan asam karboksilat bertujuan untuk mengetahui tingkat oksidasi pada senyawa golongan aldehid, keton dan eter. Hasil positif ditunjukkan senyawa golongan aldehid, sedangkan keton dan eter menunujukkan hasil yang negatif.
f.     Uji pembentukan dammar bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hidrogenasi alfa yang dapat mengalami reaksi kondensasi aldol. Golongan aldehid seperti benzaldehid dan asetaldehid menunjukkan hasil yang positif, sedangkan golongan keton dan eter menunjukkan hasil yang negatif.
 4.5.2 Saran
            Saran yang dapat disampaikan adalah agar praktikan lebih berhati-hati, meningkatkan ketelitian dalam mencampurkan sampel dan reagen agar dapat bereaksi maksimal.