IS THIS A MISTAKE LOVE ?
_ . _ . _ . _ . _
“Aduh!!!!!” Teriak seorang gadis kecil yang sedang duduk di bangku dipinggir lapangan.
“Maaf ya? Aku ga sengaja.” Kata seorang anak lelaki, rupanya ia yang sudah melempar bola hingga mengenai kepala gadis itu.
“Eh, iya, ga apa-apa.” Kata gadis itu lagi sambil mengelus – elus kepalanya yang terkena bola.
“Kamu anak baru ya? Kenalin, nama aku Adrian, kamu siapa?” Anak lelaki itu memperkenalkan diripada gadis kecil yang baru ditemuinya itu.
“Iya, aku baru pindah dari Jepang, nama aku Kaori.” Jawab gadis kecil itu malu – malu.
“Senang berkenalan denganmu Kaori, mau main sama – sama ma aku?” Ajak anak lelaki yang bernama Adrian itu.
“Sebenarnya aku mau, tapi hari udah sore, nanti Ibu bingung nyariin aku.” Tolak gadis kecil itu.
“Y sudah, nanti kita main sama – sama lagi ya?” Pinta anak lelaki itu.
Si gadis hanya menjawab dengan senyuman dan lambaian tangan.
_ . _ . _ . _ . _
Itulah kejadian delapan tahun yang lalu ketika Adrian dan Kaori pertama kali bertemu dan berkenalan. Sekarang mereka sudah menjadi teman yang sangat akrab dan tidak dapat dipisahkan lagi. Hampir semua waktu mereka habiskan bersama. Mulai sekolah, jalan – jalan keliling kota, naik gunung, memancing, sampai membantu Ibu mereka memasak pun mereka lakukan bersama. Kaori sudah menganggap Adrian sepeti saudaranya sendiri karena ia memang tidak memiliki saudara, baik kakak ataupun adik. Ia anak tunggal keluarga Sugondo yang kaya raya. Wajar saja kalau seluruh anggota yang terdiri dari Ayah Ibu, dan seorang Bibi yang tinggal bersama kelurga Sogondo karena menyelesaikan studynya di salah satu universitas di Jakarta sangat memanjakan Kaori.
Sebenarnya Adrian tidak hanya menyayangi Kaori sebagai seorang saudara, lebih dari itu. Ia menyayangi Kaori sebagai seorang wanita yang mampu menggetarkan hatinya. Ya, Adrian mencintai gadis kecilnya yang beranjak dewasa sekarang. Umur mereka sudah menginjak tujuh belas tahun. Memang tidak salah kalau Adrian bisa memiliki perasaan itu karena Kaori memang gadis yang mengagumkan. Ia tidak hanya memiliki paras yang manis, tetapi kepribadiannya yang keibuan pun membuat siapapun mudah untuk menyayanginya. Prestasinya pun di sekolah bisa dikatakan membanggakan. Ia selalu menduduki peringkat tiga besar di kelasnya. Maka tak heran kalau ia selalu jadi bahan perbincangan di sekolahnya. Walaupun demikian, tidak sedikitpun ia memiliki rasa sombong di dalam hatinya. Memang benar – benar gadis yang mengagumkan. Terlebih bagi Adrian, tentu saja.
_ . _ . _ . _ . _
“Abang, kau ingin melanjutkan kuliah dimana?” Tanya Kaori pada Adrian saat mereka sedang berjalan – jalan di bawah pohon sakura yang sedang bersemi. Sama seperti hati Adrian yang memang bersemi – semi karena ia berjalan dengan sang pujaan haitnya.
“Ah, aku bingung Kaori. Aku maunya sih melanjutkan sekolah disini aja.” Jawab Adrian sambil menarik napas panjang. Berat rasanya jika ia harus berpisah dengan Kaori. Padahal mereka selalu berangkat sekolah bersama – sama.
“Bagus dong, berarti Abang ga bakalan jauh – jauh dari aku.” Sahut Kaori ringan. Kaori memang gadis yang sangat periang.
“Iya.” Adrian menjawab singkat. Andai kamu tahu perasaanku, batin Adrian berkata.
_ . _ . _ . _
“Kita harus berangkat secepatnya, sayang. Nenek sangat membutuhkan kita. Kau kan tau, beliau sudah sangat tua. Sudah seharusnya kita sebagai keluarga menemaninya di saat – saat terakhir.” Kata Ibu sesudah makan malam.
“Iya, sayang. Kita sekeluarga akan kembali ke Jepang lusa.” Ayah menyambung kata – kata Ibu.
Kaori hanya termenung mendengar apa yang telah Ibu dan Ayah katakan. Ia tidak ingin kembali ke Jepang karena ia sudah sangat merasa betah di Jakarta. Terlebih lagi ia memiliki tema sebaik Adrian disini. Berat rasanya harus meninggalkan semuanya.
“Tidak bisakah Nenek saja yang kesini Ibu, Ayah? Kaori tidak ingin meninggalkan rumah ini.” Pinta Kaori pada Ibu dan Ayahnya.
“Nenek sudah terlalu tua untuk bepergian jauh, sayang. Kau bisa kembali kesini sewaktu – waktu.” Ayah meyakinkan Kaori.
Kaori hanya menunduk dan berlalu masuk ke kamar.
_ . _ . _ . _
“Kok ngelamun aja sih dari tadi? Ga suka ma minuman yang aku belikan ya?” Tanya Adrian pada Kaori setelah memberikan sebotol orange juice.
“Hah?! Ga kok Abang. Aku Cuma sedih aja.” Jawab Kaori singkat.
“Memangnya ada apa? Kamu punya masalah ya? Cerita dong, jangan disimpen ndiri gitu.” Kata Adrian sambil merangkul Kaori ke bahunya.
Kaori menyandarkan kepalanya ke bahu Adrian. Adrian semakin yakin kalau Kaori memang benar – benar memiliki masalah yang berat karena Kaori tidak pernah sekalipun terlihat murung begini kecuali saat ia mendapat nilai yang jelek tentunya,
“Cerita dong. Jangan bikin aku khawatir kaya gini.” Sambung Adrian.
“Emmm….Abang, bener ga sih, setiap ada pertemuan, pasti ada perpisahan?” Tanya Kaori, matanya tak lepas memandang keawan – awan yang bergerak kearah utara.
“Mungkin, seperti ada awal dan ada akhir.” Adrian menanggapi pertanyaan Kaori.
“ Apa setelah perpisahan, akan ada pertemuan kembali?” kaori menyambung pertanyaannya.
“Mungkin, itu semua kan tergantung Yang Diatas aja lagi. Memangnya kenapa sih nanya kaya gitu?” Tanya Adrian balik pada Kaori.
“Aku akan pergi, Abang. Aku akan kemabali ke Jepang besok. Nenek membuthkan kami.” Kata Kaori lirih. Ia takut apa yang ia katakana akan membuta Adrian snagat terkejut.
“Apa??!!!???!!!!Kamu bakalan kembali ke Jepang???????Kenapa baru bilang sekarang??!!!!!” Adrian sangat terkejut mendengar apa yang dikatakan Kaori.
“Maaf Abang. Aku juga baru tau kemarin.” Ujar Kaori berkaca – kaca.
“Oh, Maaf Kaori, aku tidak bermaksud membuatmu sedih.” Kta Adrian dengan perasaan bersalah karena ia melihat gadis yang dicintainya akan menangis. Ia pun rasanya ingin sekali menangis, hatinya hancur karena ia merasa tidak sanggup bila harus berpisah dengan gaids yang sangat ia cintai.
Keduanya pun larut dalam kesedihan yang sangat. Kaori sedih karena ia harus berpisah dengan Adrian, orang yang sudah ia anggap sebagai kakaknya sendiri. Tentu saja berbeda dengan Adrian. Adrian sedih karena harus berpisah dengan seseorang yang telah menjadi belahan jiwanya selama ini. Cinta yang tidak pernah ia ungkapkan sebelumnya. Rasa cinta yang mewarnai hari – harinya dengan sejuta perasaan yang tidak bis a diungkapkan dengan kata – kata. Rasa cinta yang membuat lukisan langit dengan semburat oranye matahari senja menjadi kesunyian tersendiri bagi jiwa Adrian yang tidak pernah tenang. Cinta, apa sesakit ini?
_ . _ . _ . _
*Lima tahun kemudian*
Hei, ada surat untukku, Adrian berkata dalam hati. Dari siapa ya? Mungkin sebaiknya ku buka sekarang. Putus Adrian dalam hati melihat surat yang ada di tangannya sekarang.
To : My dearest Abang, Adrian ^_^
From : U’r sweetest Adik, Kaori
Hah??!!! Kaori??? Hati Adrian sangat senang sekali membaca surat dari Kaori karena ini kali prtamanya ia mendapatkan surat dair Kaori setelah dua tahun tidak pernah berkomunikasi lagi.
Annyeong Haseyo, Abang. Apa kabar? Aku yakin pasti baik – baik aja. Aku disini juga baik – baik aja kok. Hehehe….
Abang, aku kangen sekali pada kalian semua disana. Salam untuk ajumma dan ajeossi yah. Bilang kalau aku sangat merindukan mereka. Mungkin aku akan kembali ke Jakarta tanggal 18 nanti.
Oh, Kaori akan kembali kesini sebentar lagi. Apa yang harus aku lakukan? Aku harus mempersiapkan semuanya sebaik baiknya. Terutama untuk mengungkapkan perasaanku padanya yang telah kupendam selama hampir 14 tahun ini. Adrian memberanikan diri, memngumpulkan seluruh keberaniannya untuk mengutarakan perasaannya kepada gadis yang ia cintai sejak dulu.
Aku harap Abang bakalan jemput aku di bandara nanti ya? Aku dah ga sabar pengen liat Abang. Pasti sekarang tambah cakep aja ya? Pasti udah banyak nih yeoja chin gu nya? Hehehe….
Aku selalu menantikanmu Kaori. Aku tidak pernah mencintai gadis lain selain dirimu, kata Adrian dalm hati menanggapi isi surat Kaori.
Ya udah deh Abang, sekian dulu surat dari aku. Aku harap kita bisa ketemu tanggal 18 ntar. Aku punya kabar yang bahagia lho…. Salm aja lagi buat seluruh orang di Jakarta. Bilangin kalo Kaori bakalan balik lagi. ^_^
Dadah Abang…
` With Love,
Kaori
Ada – ada saja tingkahmu, aku semakin mencintaimu, Kaori, Adrian bergumam sendiri.
Adrian pun sibuk sendiri mempersiapkan segala sesuatunya untuk pertemuannya dengan Kaori kelak. Mulai dari baju, tempat, hingga apa yang akan ia katakanpun sampai ia catat dan selalu dibawa kemana – mana. Ia takut kalau tiba – tiba keberaniannya lenyap seketika saat memandang wajah lembut Kaori. Jadi, ia harus benar – benar mempersiapkan semua ini. Ia tidak ingin terlihat memalukan di depan Kaori pada saat momen itu datang.
_ . _ . _ . _
“ABANG!!!!!!!” Teriak Kaori sesampainya di bandara.
“Hei…” Sahut Adrian ketika melihat Kaori. Ia terpana melihat perubahan diri Kaori. Sekarang ia begitu matang dan terlihat dewasa. Sangat cantik. Batin Adrian berkata.
“Lho, kok ngelamun aja sih? Ada yang aneh ya ma aku?” Tanya Kaori pada Adrian yang masih termenung melihat Kaorinya yang begitu cantik sekarang.
“Eh, gwenchana. Yuk…”Ajak Adrian pada Kaori.
“Ayo!!!!!” sahut Kaori, masih dengan sifat periang yang tidak pernah luntur dari dirinya.
_ . _ . _ . _
“Kaori, boleh ga aku mengajakmu makan malam? Emmm…Ada sesuatu yang pingin aku bilang ke kamu.” Ajak Adrian pada Kaori.
“Ya tentu aja boleh, Abang. Aku kembali kesini kan karena Abang. Masa aku ga mau sih. Aku juga mau ngomong sesuatu kok ma Abang. PENTING!” Jawab Kaori sambil mngedipkan sebelah matanya pada Adrian pada kata “Penting”. Adrian semakin bertambah keberaniannya untuk mengungkapkan perasaannya selama ini pada Kaori.
_ . _ . _ . _
“Dah siap berangkat nih? Tanya Adrian pada Kaori.
“Iya dong!” sahut Kaori riang.
Akhirnya mereka berduapun pergi ketempat yang sudah dipesan olrh Adrian jauh –jauh hari sebelumnya. Sesudah makan malam,
“Emmm…Kaori, sebenarnya ada sesuatu hal yang sangat ingin aku katakan dari dulu…” Adrian membuka percakapan.
“Oh ya??!!! Apaan Abang? Buruan ya? Soalnya aku juga mau ngomong hal paling penting ma Abang.” Sahut Kaori riang sambil memainkan bunga mawar yang diberikan oleh Adrian. Sepetinya Kaori masih belum menyadari bahwa Adrian memiliki persaan khusus padanya.
“Kamu juga ada yang mau diomongin ya? Ya udah kamu duluan deh. Kayany a penting banget tuh.” Kata Adrian menanggapi pernyataan Kaori.
“Beneran nih, ga apa – apa kalo aku yang duluan ngomong?” Tanya Kaori.
“Kan karna itu kamu jauh –jauh datang kesini. Ya iyalah ga apa – apa.” Jawab Adrian.
“Duh, jadi malu nih Abang.” Kta Kaori lagi.
“Ya ampun, ma aku juga. Pake acara malu – malu segala.” Lanjut Adrian.
“Tpi Abang jangan kaget ya?” SambungKaori lagi.
“Iya – iay, aduh, cerewet banget sih Adik aku ayng satu nih.” Kata Adrian sambil mencubit tangan Kaori.
“Aduh!!!!! Sakit tau Abang. Coba rasain nih.” Kaori balas mencubit tangan Adrian. Tapi, sebelum Kaori sempat mencubit, Adrian sudah mengelak terlebih dahulu. Akhirnya mereka pun tertawa bersama – sama.
“Eh, jadi ngomong ga?” Tanya Adrian akhirnya.
“Oh, iya, ampir lupa nih. Abang sih, pake acara cubit – cubit tangan aku segala.” Kata Kaoir dengan nada setengah merajuk. Tapi, tentu sja bercanda pastinya.
“Iya – iya, Maaf. Ya udah, ngomong dong sekarang.” Adrian penasaran apa sebenarnya yang ingin di katakan oleh Kaori pada dirinya,. Apa Kaori juga memiliki perasaan yang sama seperti yang ia rasakan selama ini. Cuma Kaori yang tahu.
“Begini Abang. Abang kan tau, sudah lima tahun aku di Jepang. Selama itu pula aku banyak sekali mendapat pengalaman baru walaupuin Jepang bukan tempat yang baru untukku. Empat tahun yang lalu, aku masuk kuliah, dan aku banyak mendapat teman baru disana. Kebetulan, ternyata aku bertemu kembali dengan teman masa kecilku dulu. Kami pun cepat sekali akrab. Sama kaya kita dulu. Hehe…” Kaori terkekeh sebelum melanjutkan kata – katanya.
“ Tahun demi tahun aku lalui sama – sama dia, mpe akhirnya kami lulus sekarang. Persahabatan kami pun juga tidak luntur. Tidak akan pernah aku rasa.” Lanjut Kaori.
Oh Tuhan, semoga bukan seperti yang aku takutkan, Adrian berdoa dalam hati.
“Hingga hari itu datang, aku ga pernah menyangka sebelumnya kalau ini akan terjadi padaku…” Kata – kata Kaori terhenti sejenak.
“Ada apa Kaori? Apa ia menyakitimu?” sambung Adrian cepat.
“Tentu saja tidak, Abang. Curigaan banget sih.” Jawab Kaori sambil tersenyum pada Adrian yang terlihat tegang sekali.
“Trus, apaan dong?” Tanya Adrian lagi.
“Iya – iya, sabar dong. Ni juga mo di lanjutin kok. Mau dengerin ga?” Sambung Kaori lagi.
“Oh, Maaf, iya, trusin aja.” Adrian mengalah dengan semua perasaan penasarannya yang amat sangat.
“Emmm….Dia ngelamar aku, Abang. Aku kaget banget waktu itu. Aku gat au harus gimana. Sebenarnya sih aku juga suka ma dia sejak dulu. Mpe akhirnya dia ngelamar aku. That’s so miracle for me.” Lanjut Kaori.
JDER!!!!!!!!!!!!!! Seperti tersambar petir di siang hari Adrian mendengar kata – kata Kaori itu. Segala persaan yang ingin ia ungkapkan, hancur seketika, berkeping – keeping bagai cermin yang terbanting dari puncak gunung paling tinggi di dunia. Ingin rasanya ia menangisi segala kebodohannya. Kelambatannya, hingga sekarang ia benar – benar akan kehilangan orang yang ia cintai untuk selama – lamanya. Menyakitkan memang mencintai seseorang yang tidak mencintai kiat. Tetapi ternyata lebih menyakitkan lagi bila mencintai seseorang namun tidak pernah mempunyai keberanian untuk mengutarakannya. Tidak terasa mata Adrian berair.
“Abang??? Ada apa? Kenapa Abang menangis?” Kaori bingung melihat Adrian yang ingin menangis karena mendengar kata – katanya. Ia takut kalau – kalau ada kata – katanya yang menyinggung perasaan Adrian.
“Ah, gwenchana, Kaori. Aku hanya terharu. Sekarang Kaori yang dulu masih anak – anak sudah dewasa dan akan menikah.” Dusta Adrian menyembunyikan perasaan hancur hatinya.
“Ah, Abang aku kira ada apa. Aku juga nangis lho waktu denger dia bilang kaya gitu. Aku juga terharu.” Kata Kaori sambil menerawang kembali kenangan saat YooChun mengungkapakn keinginannya untuk menikahi Kaori. Sangat indah bagi Kaori, namun sangat menyakitkan untuk Adrian.
“Oh ya Abang, katanya Abang juga mau ngomong sesuatu ma aku. Apaan sih?” Tanya Kaori bersemangat.
“Apa? Ada ya? Aku lupa. Kayanya ga ada deh.” Jawab Adrian tersendat.
“Benarkah?! Bukannya tadi katanya mau ngomong juga?” yakin Kaori pada Adrian.
“Ga ah, udah lupa tuh.” Jawab Adrian singkat.
“Oh, ya udah. Oh ya, Abang, ini undangan pernikahan kami. Abang wajib datang ya? Soalnya kan aku jauh – jauh kesini mau beriin ini dan minta Abang supya datang. Aku bakalan sedih banget kalo Abang sampe ga datang.” Pinta Kaori dengan wajah memelas.
“Baiklah…” Adrian mengabulkan permintaan Kaori lagi. Jika Kaori sedih jika Adrian tidak daatng di hari pernikahannya, Adrian pun hancur jika ia datang ke hari pernikahan Kaori, menyaksikan gadis yang ia cintai bersanding dengan orang lain. Tapi Adrian tidak mau melihat Kaori sedih di hari yang amat penting. Jadi, walaupun mengorbankan seluruh hati dan jiwanya ia pun bersedia untuk menghadiri pernikahan orang yang amat dicintainya itu.
_ . _ . _ . _
Kau terlihat cantik dengan gaun itu, Kaori. Sayang bukan aku yang ada disebelahmu. Tak apa lah, aku bahagia melihatmu bahagia. Lihatlah senyum diwajahmu. Kau terlihat seperti bidadari sekarang. Semoga ini adalah kebahagiaan dan cinta sejatimu. Aku selalu berdoa semoga Tuhan selalu memberkaitmu selalu sehingga kebahagiaan selalu menaungi hidupmu. Aku akan selalu mencintaimu… Kata Adrian dalam hati sambil mengusap kristal – kristal bening yang meluncur dari kedua matanya dan berlalu pergi.
Apakah cinta ini salah? Salahkah mencintai seseorang yang tidak mencintai kita? Tidak…Cinta tidak pernah salah, hanya terkadang kita salah mengartikannya sebagai cinta. Biarlah rasa ini tumbuh sesakit apapun ia dapat menekanmmu karena cinta itu menyembuhkan, bukan menyakitkan…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar